Mengapa kau berani memilihku jika kau sama sekali belum bisa
menerimaku? Kau tak bisa menerimaku dengan sepenuh hati dan ketulusanmu?! Tak bisakah
kau seperti itu, sayang?!
Begini, saat kau berani memilihku, mengejarku, dan kemudian
menjalin hubungan denganku, seharusnya kau telah memikirkannya secara
matang-matang. Apakah kau tau yang akan kau hadapi nanti? Apakah kau yakin kau
mampu menerimaku dengan segala keterbatasanku? Apakah kau mampu melengkapi
segala kekuranganku? Apakah kau yakin bahwa kita dapat menutupi kekurangan kita
satu sama lain? Apakah kau telah memikirkan semua pertanyaan itu? Dan sudahkah
kau pikirkan secara matang-matang?
Kalau tidak, bagaimana bisa kau berani memilihku, mengejarku,
menjalin hubungan denganku tanpa memiliki keyakinan seperti itu semua? Bagaimana
bisa, sayang?! Mestinya kau pikir kembali. Keyakinan seperti itu bukanlah
main-main. Apa kau belum mengerti?
Atau, memang bukan ini niat awalmu memilihku? Apakah dari
awal kau hanya mempermainkanku? Apakah kau hanya memperalatku? Apa kau hanya
sekedar melampiaskan emosi sesaatmu? Iya? Aku tak mengerti, sayang. Katakanlah!
Katakan yang sejujurnya!
Aku sungguh ingin kau berpikir juga apa yang selama ini aku
pikirkan. Aku ingin kau merasakan juga apa yang selama ini aku rasakan. Aku ingin
kau membantuku untuk berpikir dan merasakan ini semua ditengah ketidakmampuan
dan keterbatasanku. Aku ingin kau selalu disisiku, disampingku. Aku ingin kau
hadir memelukku disetiap masalah yang datang menghampiriku. Aku ingin kau
mendampingiku selayaknya aku permaisurimu. Sejujurnya, yang aku inginkan
hanyalah KAMU. Hanya itu dan mestinya kau sadar akan hal itu, sayang!
by : Rani Cestyadinda
(belajar menulis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar